Jalur Peta Pendakian Gunung Palasari Via Pangeteran








Buat saya dan temen-teman. Rencananya mau nanjak ke Palasari, dan kebetulan kami bertiga belum pernah nanjak gunung ini.

Kami mencoba mencari jalur baru, rencana mau lewat Oray Tapa, tapi ternyata jalurnya sudah berubah jadi jalur para crosser. Maka kami mencoba mencari jalan, dan akhirnya kami mencoba jalur baru.

Jalur baru tersebut adalah jalur via Kampung Pangeteran. Orang sebut juga kampung atas awan, karena memang dari sini kota Bandung terlihat sangat indah.

Kami menjadikan Kampung Pangeteran yang berlokasi di desa Mekarmanik, Cimenyan, Bandung Utara. Untuk melewatinya bisa via jalan Sindanglaya naik keatas, terus kemudian masuk Kampung Pangeteran.














Perjalanan kamu mulai dari Kampung Pangeteran, menembus hutan pinus dan kopi, sampai akhirnya sampai ke Warung Lemon Palasari dan nanjak ke puncak Palasari.








Secara overall, jalur ini sangat ramah bagi pendaki pemula, jalan cukup bagus dan view yang indah. Terakhir kami mencoba menggambar kembali jalur untuk mencapai puncak, sebagaimana gambar terlampir. Semoga jalur Palasari via Pangeteran ini dapat kita ramaikan Bersama. 

Haturnuhun


Persiapan Pensiun Sejak Dini









Naik pangkat itu misteri, pensiun itu pasti. Begitu pemeo yang sering kita dengar dari para pekerja. Untuk dapat naik pangkat, ada faktor internal dan eksternal yang menyebabkan orang naik pangkat. Internal adala kesiapan diri kita khususnya terkait dengan kompetensi dan pengabdian kita pada perusahaan. Seadng faktor eksternal ada dua, pertama terkait dengan atasan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Dan satu lagi adalah nasib, sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita.

Kalau disimpulkan, naik pangkat tergantung pada kemampuan, kesempatan dan nasib. Dari tiga faktor ini, yang dapat kita kontrol adalah kemampuan, karena itu dalam kendali kita. Dan dua lainnya tidak dapat kita kontrol, karena itu bisa jadi misteri.

Baik, kali ini kita tidak sedang bicara tentang naik pangkat, tapi tentang bagaimana menyiapkan masa pensiun sejak dini.

Mengapa pensiun harus kita rencanakan dengan baik. Kawan-kawan, dunia bisnis kedepan makin tidak dapat kita prediksi, ini berbeda dengan bisnis dimasa lalu. Akibatnya, jaman dulu orang bisa kerja seumur hidupnya, karena perusahaan umurnya panjang. Namun diera disrupsi ini, perusahaan bisa kena sindrome easy come, easy go. Perusahaan mudah berdiri dan membesar, mudah pula tumbang. Siklus hidup perusahaan makin hari makin pendek. Sangat jarang perusahaan bisa berumur lebih dari setengah abad.

Nah, mensikapi kondisi ini, kita sebagai pekerja musti paham. Bisa jadi hari ini mendapat jabatan mentereng dengan perjuangan bertahun-tahun. Dan bisa jadi dalam sekejab jabatan itu terbang karena perusahaan melakan perampingan atau PHK. Kondisi inilah yang harus dipahami para pekerja untuk selalu siap setiap saat menghadapi masa-masa sulit.

Saya mencoba merangkum, apa saja yang dibutuhkan untuk antisipasi kondisi terburuk yang tidak kita inginkan agar kita bisa survie saat menghadapi pensiun, baik itu karena pensiun normal maupun pensiun dini. Ini 7 resep ampuh yang perlu kita miliki.

1. Siapkan Mental
Kesiapan finansial penting dilakukan, akan tetapi kesiapan mental jauh lebih penting. Kesiapan mental akan memberikan imunitas bagi tubuh kita untuk menerima beban yang lebih berat. Kesiapan mental yang perlu disiapkan diantaranya, menerima komentar orang lain terhadap kondisi kita, kesiapan mental istri dan anak kita, kesiapan mental untuk hidup lebih sederhana dan kesiapan mental lainnya.

Kenapa kesiapan mental ini penting, karena kalau mental kita ndak siap, maka akan berpengaruh pada pikiran dan emosi. Dan tentu saja akan berdampak pada kesehatan kita yang sering kali menyebabkan para pensiunan jatuh sakit. Banyak sekali kejadian, saat bekerja keras tubuh sehat wal afiat, akan tetapi saat pensiun dimana beban kerja menurun malah jatuh sakit.

Kesiapan mental ini akan banyak terbantu dengan kesiapan spiritual. Memahami tentang konsep hidup, makna hidup dan sadar akan siklus kehidupan, yang kadang ada diatas, kadang ada dibawah. Dengan menerima dengan kelapangan, maka itu jauh lebih membantu mental kita untuk bertahan menghadapi kesulitan.


2. Ubah Gaya Hidup
Setelah kesiapan mental, yang tidak kalah penting adalah mengubah gaya hidup. Biasanya, seorang pekerja yang biasanta mendapatkan gaji rutin bulanan dan bonus tambahan, umumnya memiliki gaya hidup yang konsumtif. Membeli barang-barang yang dengannya ingin menampilkan gaya hidup yang semu.

Karena merasa sudah mendapat pendapatan pasti, lebih berani membeli barang yang kadang tidak benar-benar kita butuhkan. Kulkas baru, hape baru, motor baru, mobil baru, rumah baru dan yang baru-baru lainnya. Kadangkala tidak butuh amat, akan tetapi karena ego ingin dipandang orang yang sukses, barang-barang itu dibeli, walaupun dengan memaksakan dengan kredit dan hutang.

Nah,
Pada saat pensiun, pendapatan yang awalnya pasti menjadi tidak pasti. Jika gaya hidup tidak dikendalikan dan terus melakukan pengeluaran konsumtih hanya karena ingin dipuji orang, maka itu bencana terbesar yang banyak dialami kaum pekerja. Besar pasak daripada tiang.

Lantas siapa yang perlu menbguah gaya hidup. Tidak hanya suami, akan tetapu istri, anak dan keluarga besar yang selama ini kita topang. Banyak orang bisa mengubah gaya hidup sendiri, tetapi keluarga tak mampu dikendalikan, akhirnya mengalami keterpurukan finansial.


3. Ubah Mindset
Berikutnya, tidak cukup hanya menyiapkan mental dan gaya hidup. Harus ada perubahan mindset. Kenapa demikian, karena tidak mungkin kita menghentikan pengeluaran hidup. Semisal untuk pengeluaran makan, minum, tempat tinggal, kesehatan dan lainnya. Dan tidak mungkin kita hidup tanpa pemasukan.

Maka hal penting yang perlu kita lakukan adalah merubah mindset. Jika selama ini aliran rezeki berasal dari perusahaan, maka harus bersiap membuat aliran rezeki baru. Jika selama ini bergantung dengan pemasukan bulanan, maka hari ini harus berpikir dengan pemasukan harian.

Apalagi bagi pekerja yang kemudian ingin membangun bisnis barus setelah PHK, maka mindset pekerja harus dienyahkan untuk bertransformasi menjadi pebisnis. Yang awalnya tangan dibawah, harus berubah menjadi tangan diatas.

Selama mindset kita adalah sebagai pekerja dan kita ingin membuka bisnis, maka selama itu bisnis Anda tak akan berkembang. Oleh karena itu, hijrah mindset penting dilakukan.

4. Proaktif Menyambut Peluang
Jika selama hidup sebagai pekerja dengan mengorbankan waktumu kepada perusahaan untuk megerjakan tugas kantor sesuai dengan perintah atasan, maka saat kamu pensiun, kamulah yang menjadi tuannya. Artinya kamu memiliki kebebasan sepenuhnya atas apa yang ingin Anda lakukan.

Ketika kamu menjadi tuan bagi dirimu sendiri, proaktiflah menjemput rezeki dengan berbagai cara. Enyahkan menunggu perintah atasan dan enyahkan pula rasa malu. Umumnya, pekerja yang terbiasa menerima perintah atasan, bersikap menunggu arahan, kini kamu harus menyiapkan diri atas apa yang ingin kamu lakukan.

Saat bangun pagi, siapkan selalu daftar hal apa saja yang ingin kamu kerjakan hari ini. Berikutnya  buat rencana jangka panjang, apa yang ingin kamu lakukan, pecah menjadi target-target kecil yang bisa kamu capai hari demi hari. Lakukan proaktif untuk mencapai apa yang ingin kamu lakukan.


5. Persiapkan Amunisi
Untuk pensiun dini, perlu juga disiapkan. Apa yang harus disiapkan, diantaranya menyiapkan diri baik secara mental, mindset dan finansial.

Saat bekerja, sisihkan gajimu, jangan konsumtif walau kamu masih muda. Mengapa demikian ? karena sejatinya pensiun atau PHK bisa datang kapan saja. Saya menyarangkan kamu hidup minimalis yang saya artikan hidup dibawah pendapatanmu. Dengan demikian, kamu bisa saving gajimu untuk memulai bisnis atau investasi.

Jika kamu belum sempat memulai bisnis karena kesibukan, bisa jadi kamu menyiapkan alokasi dana investasi setiap mendapatkan gaji, walaupun dengan persentasi kecil. Sisihkan sebagai uang darurat.

Berikutnya, uang saya sarankan jangan ditabung, tapi kumpulkan dan belikan emas, karena emas kebal inflasi. Kalau tidak emas, bisa juga investasi ke saham jangka panjang. Hari ini cukup mudah jadi investor saham. Jika uang itu sudah terkumpul, belikanlah tanah atau properti.

Dalam sejarah, harga tanah terus naik seiring dengan semakin banyaknya kelahiran. Tidak ada ruginya beli tanah sebagai investasi.

Nah, amunisi ini bisa dijadikan cadangan saat PHK datang tanpa diundang. Kamu lebih siap dengan menghadapi segala tantantan yang ada, dan tentunya bisa jadi modal awal saat kamu ingin memulai usaha.


Demikian tips ini, semoga kamu siap menghadapi keadaan tersulit sekalipun...
Ganbate...

Budidaya Jambu Biji Varietas Impor di Indonesia












Sebagai anak petani, saya risau melihat begitu banyak buah import yang membanjiri pasar di Indonesia. Kita bisa lihat, mulai dari durian, apel, pear, jeruk dan buah lainnya.

Apa yang salah, sehingga sedemikian lemah pasar kita sehingga diserbu buah impor mulai dari China, Australia, sampai Amerika Latin masuk dengan begitu leluasanya. Sebagai negeri agraris ditengah katulistiwa, yang matahari bersinar sepanjang tahun, yang panas nya tidak ekstrim dan dinginnya juga demikian.

Belum lagi bicara kesuburan tanah. Adalah negeri didunia ini yang lebih subur dari Indonesia. Jawabnya sangat jarang. Indonesia ada di cincin gunung berapi dunia, yang kandungan tanahnya sangat subur akan zat hara yang dibutuhkan tanaman. Artinya, tanaman apapun yang kita lempar ke tanah negeri ini bisa tumbuh dengan baik.

Sebagai orang yang pernah ke Asia Tenggara, Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang dan Eropa, saya penasaran. Negeri ini, benar-benar dianugerahi kesuburan dan iklim yang tidak dimiliki negara-negara lain yang saya sebut diatas. Sangat kaya, tetapi kenapa begitu terjajah dalam bidang agro.

Tertantang dengan keadaan tadi, saya coba belajar, kira-kira buah apa yang bisa dikembangkan di Indonesia. Ketemulah jambu biji salah satunya.

***

Negara yang paling pionir mengembangkan jambu biji adalah Taiwan. Hasil budidayanya sudah masuk ke Amerika. Selain itu risetnya juga sudah teruji.

Salah satu hasil risetnya adalah varietas jambu kristal yang hari ini begitu naik daun di Indonesia. Konon, sejak ditemukannya rujak jambu oleh mahasiswa Tasikmalaya, maka rujak jambu yang sebelumnya trend di Taiwan berkembang pesat di jalanan Indonesia.

Tengok saja, pinggir jalan begitu menjamur lapak jualan rujak jambu. Dan ini pertanda baik, kudapan jambu dicampur bumbu ini kudapan yang baik. Mengapa demikian, karena selama ini kudapan banyak yang gorengan yang terbuat dari tepung. Lahirnya rujak jambu bisa jadi sarana perbaikan gizi dan vitamin masyarakat.

Nah,
Salah satu bahan rujak jambu adalah suplier jambu kristal. Hari ini, suplier jambu kristal banyak dipasok dari daerah Jawa Tengah bagian selatan. Semisal dari Kebumen, Gombong, Kutoarjo dan sekitarnya.

Kalau kita lewat jalur selatan, pasti akan banyak kita temua jual jambu kristal dipinggir jalan raya di sekitar jalur Daendels.

Mungkin timbul pertanyaan, kenapa di daerah pesisir ini cocok sebagai penghasil jambu kristal ?

Untuk mengobati rasa penasaran tersebut, saya mencoba mengembangkan jambu kristal untuk dataran tinggi, kebetulan lokasi saya ada di Bandung. Dari hasil uji coba saya, jambu kristal ini cocok ditanam didataran rendah. Mengapa demikian, karena saat ditanam di ketinggian diatas 700 MDPL, maka jambu kandungan airnya tinggi dan rasanya kurang manis. Ini yang menjawab kenapa pesisir selatan Jawa cocok untuk mengembangkan jambu ini.


***

Varietas jambu biji yang dikembangkan secara import ternyata memiliki aneka varietas yang bisa dicoba. Saya cenderung memilih mengembangkan jambu biji import dengan beberapa pertimbangan dari hasil budidaya yang saya lakukan.

Jambu lokal, memang memiliki adaptasi dan daya tahan terhadap hama yang lebih tinggi dibanding dengan jambu import, akan tetapi dari sisi produktivitas buah, jambu import lebih bagus. Selain itu dari harga hasil panen, jambu import harganya lebih bagus dari jambu lokal yang kebanyakan diolah jadi juss buah.

Nah, 
Berikut ini varietas jambu impor yang bisa Anda coba dilahan sendiri, boleh tabulampot atau dikebunkan.

1. Jambu Kristal
Jambu ini paling banyak dibutuhkan, karena rasa yang manis, renyah, tidak mudah busuk dan manis. Jambu impor pamornya naik seiring dengan kebutuhan rujak jambu. Namun, dari sisi bentuknya bulat berotot.

2. Hong Pushe
Orang sebut jambu kristal merah, dimana jambu jenis ini sama dengan jambu kristal, namun dalamnya semburat merah muda. Bentuknya lebih bulat dan kandungan airnya lebih banyak.

3. Siumik Pala
Jambu varietas ini dikembangkan di Thailand, bentuknya lonjong mirip buah pear. Rasanya manis dan bentuk dagingya putih bersih.

4. Farang
Jambu Farang dikembangkan di Thailand. Jenis jambu ini juga belum banyak dikembangkan di Indonesia, bentuk buahnya agak lonjong dan mirip dengan jambu Siumik Pala.

5. Chegua
Jambu jenis ini merupakan varietas baru dari jambu kristal yang dikembangkan di Taiwan dan mulai banyak dikembangkan di Indonesia. Mirip jambu kristal namun bentuknya bulat penuh.


Catatan :
Jika anda mengembangkan jenis jambu import ini, beberap saran yang bisa saya sampaikan :

1. Pilih jambu kristal dulu sebagai awalan, karena marketnya sudah terbentuk dengan banyaknya lapak rujak jambu kristal

2. Saya menyarankan untuk mengembangkan di dataran rendah dengan pertimbangan, jambu itu asalnya dikembankan di Taiwan & Thailand dan sekarang menyebar ke China, India, Pakistan dan Bangladesh. Karena daerah asal merupakan negeri dengan dataran rendah, jadi saran saya kembangkan di dataran rendah.

3. Pilih jambu dengan daging putih. Karena jambu impor dengan daging merah belum familier untuk masyarakat Indonesia, kecuali untuk jambu kebutuhan juss.

4. Jambu impor tidak cocok untuk kebutuhan juss buah, jadi lebih cocok untuk rujak dan hidangan sejenis.

5. Daya tahan buah lebih lama, berbeda dengan jambu lokal, saat sudah masak harus segera dikonsumsi. Daya tahan ini merupakan keunggulan dari jambu lokal.


Demikian,
Semoga eksperimen sederhana saya bisa jadi masukan Anda yang mau menekuni agrobisnis jambu biji yang pasarnya makin meluas. @amirfauzi

Program Wirakriya Telkom Indonesia









Siaran Weekend...
Wirakriya Telkom & Dekranas
Wilayah Mandalika Lombok
Dari studio sederhana ini saya biasa siaran & ngajar...

Jangan Harap Kembali Normal










Semua menunggu-nunggu, kapan pandemi berakhir. Kapan situasi kembali nornal seperti sebelum pandemi. Jualan lancar, terus tumbuh dan banyak peluang hadir.

No way,

Ndak akan ada lagi situasi seperti sebelum pandemi. Sembilan bulan sudah kita dipaksa membiasakan diri dengan sesuatu yang baru. Kata orang, untuk membiasakan diri kepada kebiasaan baru waktu tiga bulan, dan itu akan berpotensi menjadi kebiasaan permanen baru.

Kebiasaan baru ini sudah diinject suka atau tidak suka selama sembilan bulan. Secara tak sadar kita telah membiasakan dengan kebiasaan baru, gaya baru dan budaya baru.

Lantas, andai setahun baru pulih pandemi, dan kita berharap kembali kepada kebiasaan lama sebelum pandami, itu sebuah harapan yang sulit terjadi.

Selama sembilan bulan, mulai muncul kenyamanan baru, belajar online, belanja online, kerja online dan sejenisnya. Dan ternyata itu bisa dilakukan yang sebelumnya sebuah kemuskilan.

Jika kenyamanan itu terjadi, maka untuk krmbali seperti sedia kala sangat lah sulit terjadi. Terus bagaimana bertahan dalam era perubahan yang memaksa tadi.

Ndak ada plihan, mesti berimajinasi seperti apa kiranya dunia baru paska pandemi nanti. Harus melakukan adjustment kerja dan bisnis. Cara produsi, cara memasarkan dan cara distribusi di alaf baru ini. Tanpa melakukan adaptasi ini, rasanya sulit untuk tetap bertahan.

Hari ini, banyak kuliner pinggir jalan pada tutup,  hotel dan penginapan, travel dan jasa transportasi, usaha kerajinan dan lainnya. Jika tetap bertahan dengan cara-cara lama dan berharap pandemi berlalu dan omset pulih kembali seperti sedia kala, rasanya itu hal yang mustahal.

Tak ada pilihan, mari beradaptasi dan terus berinovasi dengan cara-cara baru. Para petani, nelayan, pedagang dan para pekerja. Mari kita yakini, bahwa kembali nornal seperti semula itu adalah utopia, bak mimpi disiang bolong. Mari kita sambut senyum hangat penuh semangat dunia baru yang sedang muncul.

Empat Guru Satu Ilmu









Minggu lalu bertemu dengan para mentor lokal pemenang Wirakriya destinasi Borobudur.

Ada yang usaha batik ecoprint, kebaya encim, ukiran kayu dan agro bisnis ikan. Para mentor lokal yang tumbuh kembang bersama Telkom Community Development ini berbagi tentang kiat bisnisnya kepada mereka yang memulai bisnis.

Ada satu kata kunci dari keempat mentor yang sudah sukses dengan usia usaha sekitar 20 tahun.

Apa kata kuncinya, fokuslah pada satu bisnismu sampai menghasilkan cash. Jika sudah stabil, kamu bisa melirik lainnya.

Fokus, mudah diucapkan, tapi rawan godaan.

#wirakriya

#telkomindonesia

#dekranas

Mengelola Bisnis di Saat Krisis

















Webinar bersama UKM Binaan CDC Telkom Indonesia.
Bagaimana keluar krisis dan menjadi pemenang...

UKM kita itu cerdas-cerdas...
Dari beberapa sharing pagi ini dengan 50 ukm-an, diantara mereka sudah praktek pivoting dan jalan...
Diantaranya, dari produsen sepatu di pasuruan moving jadi sepatu dan alat apd. Yang dari jualan kripik kentang di madiun jadi jualan beras.
Kuncinya adalah moving dari mensuplai produk yang jadi keinginan dan mimpi customer menuju apa yang dibutuhkan, yang jadi permasalahan dan yang ditakutkan pelanggan.
Ukm kita memang jagoan...
Semoga ukm lain mengusul...

Inovate or die...


Sang Guru Peradaban













Belum lama hari pendidikan berlalu, dan selalu saja hari pendidikan jadi momentum mengingat para guru-guru kita yang acapkali digelari pahlawan tanpa tanda jasa. Jasanya besar, tapi memang tak ada tanda resminya, yang ada adalah kenangan-kenangam indah yang tak bisa dihapus dari kenangan dari muridnya.

Pendidikan adalah awal pencerahan dan tanda dari sebuah kebangkitan suatu kaum. Lihatlah, negeri-negeri yang terbelakang, pengungkit bangkitnya selalu dan selalu saja dari pendidikan. Kebangkitan pendidikan mengawali sebelum kebangkitan-kebangkitan lainnya. Ekonomi, sosial, politik dan budaya.

Jepang dengan restorasi meiji, india dengan mengirim mahasiswa ke Amerika besar-besaran saat PM Rao, China tak kalah banyak yang belajar di barat maupun di Ausie. Negeri jiran kita, Malaysia banyak mengirim mahasiswanya ke PT di Indonesia sebelum bertebaran ke barat.
Makanya sangat wajar, jika revolusi kemerdekaan negeri ini dimulai dari para cendekiawan. Coba lihat Sukarno, Hatta, Agus Salim, Tjokroaminoto, Syahrir dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka terpelajar dan terlahir bukan dari kaum priyayi.

Hari-hari ini, kesadaran belajar sudah menggembirakan, baik dari orang tua maupun murid, walau umumnya masih sebatas didaerah perkotaan. Tapi perlu diapresiasi perkembangan ini. Menariknya lagi, dikotomi antara sekolah umum dan agama juga semakin menipis. Orang semakin sadar, bahwa sekularisasi pendidikan tak banyak membawa manfaat. Orang menginginkan anaknya didik paripurna antara akhlak dan otak.

Menilik perkembangaan bangsa ini, sejatinya pendidikan lama justru dimulai dengan perkembangam pesantren. Tahukan Anda bahwa kedaton Giri di Gresik adalah markas sunan Giri membina para santrinya yang kebanyakan dari Indonesia Timur.
Tradisi ini kemudian berkembang dengan lahirnya banyak pesantren dikawasan Jawa Timur. Sebut saja pesantren Tambak Beras, Lirboyo, Plosomojo, Asembagus, Denanyar dan banyak pesantren tua lainnya.

Bersyukur, jika jaman penjajahan, pesantren sering dapat stigma ekstrimis dan kaum terbelakang. Hari ini berubah wajah menjadi pesantren yang mampu beradaptasi dengan dunia modern.
Hari ini, eksplorasi teknik mendidik sudah sedemikan maju. Kadang kita silau atas kemajuan bangsa lain dan kemudian mencopy habis sisten pendidikan yang ada di barat. Turunan metode pendidikan dan pemberdayaan ini juga kian beragam, dari klasikal sampai digital. Dari training, mentoring, konseling dan coaching.

Namun, ada satu hal penting sebagai seorang muslim, jangan sampai kehilangan deleg. Sebagus dan sehebat pendidikan yang ada, tak akan mampu menandidingi sistem pendidikan yang diberikan Sang Guru Peradaban.

Bayangkan, dalam kurun didik sekitar 23 tahun saja, dari tangan dinginnya, lahir panglima-panglima besar dunia, politisi-politisi hebat dunia, mujahid-mujahid kelas wahid, ahli ilmu, ahli strategi dan ahli-ahli lainnya dalam berbagai bidang.

Bayangkan, dari tangan dinginnya, Romawi dalam genggaman anak didiknya. Persia dalam binaan anak didiknya. Semua itu bermula dari negeri yang tandus dengan budaya gurun yang tak pernah tersentuh peradaban apapun. Mereka tidak berminat menaruh dan memperhatikan negeri jazirah itu.
Di momentum ramadhan ini, sangat bagus mengurai dan mengkaji sistem yang ampuh ini.

Sebagaimana mendaki gunung, jalan termudah adalah meniru pendaki yang telah sampai pada puncaknya. Pun demikian, sebagai seorang guru, cara terbaik melahirkan generasi kelas wahid adalah meniru contoh metode yang telah teruji dalam sejarah peradaban manusia.
Ia adalah metodologi sang Nabi yang tak pernah usang ditelan zaman.
Selamat hari pendidikan nasional. Selamat hari pengungkit kebangkitan suatu bangsa.

Webinar Jatuh Bangun Bisnis Online















Karena Kepepet
Karena kepepet, bermula dari jualan kaos eceran dari rumah kontrakan akhirnya kecemplung bisnis online. Tak terasa 12 tahun sudah waktu berlalu. Tak semuanya yang saya jalani berhasil, yang gagal juga banyak.

Mengalami fase naik turun sesuai dengan perkembangan teknologi di jamannya, dari bagaimana saat sms merajai, google yang dominan, munculnya blackberry, muncul lagi android, berikutnya gelombang sosial media dan terakhir menjamurnya market place.

Bagaimana tetap bertahan melalui gelombang jaman yang semakin hari semakin liar saja. Bagaimana juga kabar terbaru industri sandang di tanah air, apalagi disaat pandemi melanda...
Pun bagaimana cara mengelola waktu ala manusia yang hidup di empat kuadran, employee, self employee, businessman & investor.

Pada akhirnya, hidup bukanlah sekedar berapa kepeng yang bisa kita collect, tapi bagaimana terus mencoba memaknai perjalanan hidup kita sebagai sarana mengumpulkan bekal perjalanan yang lebih panjang. Kita terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, lantas bagaimana potensi itu bisa kita gali maksimal, bukan dari kacamata orang lain, tapi dari perspektif kita sendiri....
Yuk,
Saling berbagi di sesi expert insight...
FREE....

Bukan Kaleng-Kaleng















Ada beberapa kesempatan bertemu dengan orang yang sangat kompenten dibidangnya. Kadang dibuat takjub dan terheran-heran karena skillsnya level dewanya.

Suatu hari bertemu dengan bapak yang sudah lanjut usianya. Ahli membuat per. Nyaris per apapun dia bisa bikin. Karena keahliannya yang puluhan tahun itu, banyak pelanggannya pesan per-per dengan ukuran khusus yang sulit ditemui dipasaran. Dan yang luar biasa lagi, pemotongan dan pelingkarannya dibuat dengan cara manual. Saya tanya, belajar dimana, jawabnya otodidak.

Suatu hari ketemu ahli reparasi mesin jahit. Lebih dari 30 tahun menekuni kerusakan aneka mesin jahit. Otodidak. Nyaris semua merek bisa ditangani sekaligus disolusi masalahnya. Saya tanya, sekolah dimana, jawabnya dulu pernah kerja di garmen dan selebihnya otodidak.

Hari ini, orang sibuk mencari corong untuk bikin masker. Semua toko kehabisan stock corong untuk bikin tali masker. Dari jaringan, dikenalkan dengan seorang bapak tua. Sudah sejak 1985 membuat corong celana jeans. Sampai-sampai anaknya sukses. Ndak habis pikir, bagaimana bisa membuat barang kecil dengan bahan stainless steel dengan cara manual. Saya terbengong-bengong melihat hasil karyanya. Karena penasaran, saya tanya, belajar darimana bisa membuat barang sulit itu, jawabnya otodidak.

Berikutnya lagi, ada seorang ahli tinta. Yang karyanya dijadikan rujukan para sabloner. Dari hasil risetnya telah membesarkan beberapa toko alat sablon. Saat ditanya, jawabnya otodidak.

Berikutnya, ahli sepatu. Dari keterampilannya membuat upper dan sol sepatu, telah melahirkan banyak juragan sepatu di bandung dan jakarta. Tangan dinginnya melahirkan industri lokal bisa bersaing dengan produk global. Saat tanya, bagaimana dapat ilmu itu, jawabnya belajar dari seseorang, selebihnya otodidak.

Masih banyak lagi fulan-fulan yang lain, yang memiliki expertis level dewa, yang karena keterbatasan belajar ngulik secara otodidak.

Dan semakin yakinlah, pendidikan formal itu penting, tapi jauh lebih penting membangun semangat untuk belajar tiada akhir. Jangan sampai setelah ijazah didapatkan, setelah lulus ujian sertifikasi dan setelah gelar didapat berhenti untuk belajar.

Sungguh, sejatinya bangsa ini, manusianya bukan manusia kaleng-kaleng...

Sambil kita renungkan, apa keahlian terhebat yang kita punya dan selalu kita asah, hingga makin hari makin setajam silet...

Pakar Tapi Ambyar















Melanjutkan seri pemberdayaan sebelumnya. Sebenarnya potensi untuk menjadi hebat anak bangsa ini luar biasa. Rekam jejaknya bisa dicari jejaknya, ada begitu banyak juara olimpiade, menjadi lulusan terbaik di universitas di luar negeri dan beberapa ajang unjuk kompetensi lainnya. Ini menunjukkan, anak bangsa ini bukan kaleng-kaleng.

Namun, kembali lagi, kepakaran itu tak banyak mengubah nasib bangsa ini. Setelah lulus dan balik lagi ke negeri ini, seakan jejak kehebatan itu lenyap ditelan bumi. Kembali menjadi manusia biasa pada umumnya. Why ?

Lebih dekat lagi, negeri ini meluluskan begitu banyak sarjana pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan dan banyak disiplin ilmu lainnya. Tapi ketika kita tengok, semuanya serba impor, gula, kedelai, jagung, daging beku, ikan beku, jeruk, apel, bawang putih dan sebagainya. Why ?

Dimana gerangan benang kusutnya. Kenapa potensi lahan yang subur, laut yang luas dan hutan tropis yang kaya flora dan fauna, seakan tak memberi dampak bahwa negeri ini bisa lebih makmur.

Ada sebuah narasi, bahwa maju mundurnya sebuah bangsa, tak cukup hanya hebat, tapi juga harus baik. Bahkan konon, derajat baik harus lebih tinggi dari kadar hebatnya.

Punya skills hebat, punya pengetahuan hebat, tapi punya prilaku buruk, tak membuatnya jadi bangsa hebat. Pun demikian, prilakunya baik, jujur, berintegritas dan loyal, tapi tak ada kompetensi. Sami mawon.

Saya cerita yang lebih detail berdasarkan pengalaman empiris agar bisa ditangkap lebih riil.

Begini, seorang pengusaha bengkel, yang saya tahu, lebih pakar tukang bengkelnya daripada ownernya. Seorang owner pabrik mie instan, ternyata punya orang yang ahli dalam meracik bumbunya. Seorang owner clothing yang hebat, ternyata tak banyak yang jago desain dan sablon. Atau seorang owner butik sepatu, tak banyak yang bisa bikin upper dan pasang sol sepatu.

Artinya apa, kepakaran dalam suatu bidang, itu tidak berdiri sendiri. Dia akan memperoleh hasil maksimal ketika berkolaborasi dengan kompetensi yang lainnya. Selama ia berdiri sendiri, selamanya ia tidak akan berkembang.

Hampir semua kepakaran teknis, akan menjadi besar jika dihubungkan dengan kepakaran dalam bidang manajemen. Seorang ahli sol sepatu, ia akan bernilai tinggi ketika dia masuk ekosistem produksi sepatu. Namun saat berdiri sendiri, ia akan hidup seadanya.

Nah, umumnya yang saya temui, banyak pakar dengan jam kerja yang panjang, tetap saja hidup segan mati tak mau. Stagnan. Salah satunya adalah, lemahnya dalam ilmu manajemen. Ilmu manajemen dalam bahasa sederhananya adalah bagaimana hasil karyanya bisa secara berkesinambungan terkoneksi dengan kebutuhan pasar.

Dalam konteks yang lebih sederhana, bagaimana mampu sebuah kepakaran dalam sekala kecil, diubah dan dipacu untuk berkembang dalam skala industri yang lebih besar. Ini hanya bisa terjadi jika ada sentuhan manajemen. Dan masalahnya, kemampuan ini minim dimiliki para pakar itu.

Andaikan para pakar itu mau belajar atau menemukan orang yang bisa menjadi media menyambungkan kepakarannya dengan pasar, maka yang terjadi bak bumi dan langit. Dan mayoritas, inilah permasalahan utama industri lokal yang dihadapi. Memang tidak sesimpel ini, tapi ini yang ada dalam kendali kita. Ada faktor kebijakan impor, proteksi dan peran pemerintah lainnya yang diluar kendali.

Kalaupun satu kunci yang perlu diupgrade bagi para pakar itu, maka kunci itu adalah manajemen, kalaupun diminta satu kunci dari manajemen, maka kunci itu adalah kemampuan memasarkan produk. Jadi kemampuan sales adalah ibu dari segala kemampuan sebelum kepakaran itu bermula.

Maka, sudah pas benar, jika nabi terakhir diutus dengan profesi sebagai seorang pedagang. Pada kenyataannya, membuat produk jauh lebih mudah dari menjualnya. Menjadi pakar lebih mudah daripada melakukan komersialisasi atas kepakarannya bukan ?

Tak Harus Malu Belajar















Masih dalam kerangka mengulik hikmah dari pandemi corona, tak ada salahnya berbagi ide. Agar tak kehabisan harapan, layaknya api unggun yang kehabisan kayu bakar yang meninggalkan bara dan abu.

Hikmah pandemi, dari sisi ekonomi adalah belajar berdikari dan survival. Ujian ekonomi kali ini beda dengan tahun 1998 atau 2008 lalu. Kalau goyangan sebelumnya, itu yang terdampak hanya sebagian negara, kali ini ndak, merata. Negara yang suka ekpor maupun yang gemar impor. Sama.

Berdikari itu harus dipaksa. Sesuatu yang ndak enak, sangat sulit dipacu dengan stimulus rasa enak, dan mujarab distimulus rasa sakit. Corona kali ini disuntik rasa sakit agar muncul jiwa berdikarinya. Berhasil atau tidak, sangat tergantung masing-masing.

Stimulus rasa sakit ini, banyak menyembuhkan negera-negara maju untuk bangkit, khususnya di sektor industri. Mari kita kupas satu-satu, yang kebetulan saya menyaksikan langsung keadaan negeri-negeri itu.

Jepun, salah satu kampiun industri dunia, mengalami dua kebangkitan. Pertama saat restorasi meiji, yang memaksa kekuasan para samurai menyatu. Restorasi meiji yang memaksa para pemudanya berkelana belajar dinegeri barat dan harus kembali setelah lulus untuk membangun industri dalam negeri.

Pukulan menyakitkan kedua saat hirosima dan nagasaki, yang menyebabkan jepang jadi pesakitan, macu kembali untuk bangkit menjadi negara industri. Perhatian hirohito begitu kuat pada para guru dan orang berilmu menjadi pemantik bangkitnya industri jepang.

Pertumbuhan industrinya diproteksi melalui sogo sosha, yang membimbing industri rumahan naik kelas menjadi industri nasional dan global. Suzuki, toyota, mitsubishi, honda dan lainnya adalah nama-nama orang yang diawali dari industri rumahan yang kini mengglobal. Kalau anda jalan di tokyo, pastilah sulit anda temui merek diluar produk-produk dalam negeri mereka.

Berikutnya Korea. Rasa sakit akan penderitaan dijajah jepang membuat korea bangkit. Tak mau jadi warga kelas dua. Jargon warga korea lebih baik dari jepun didengungkan. Filem-filem heroik melawan jepang didaraskan kepada anak-anak muda.

Peran negara tak lupa hadir, lahirlah chaebol-chaebol alias usaha rumahan yang kemudian diproteksi dan dikembangkan. Muncul hyundai, daewoo, kia, samsung dan lainnya. Kalau anda jalan di Seoul, pasti sangat sulit anda temui merek-merek selain produk korea.

Kita melompat lebih jauh, Belanda. Negeri yang pernah menjajah kita. Negeri kincir angin ini adalah salah satu penghasil keju, daging dan sayur di eropa barat. Kualitas kejunya banyak orang menyebut sebagai kualitas terbaik. Mengapa demikian, salah satunya adalah proteksi dari negaranya.

Atau melirik petani dan peternak dipegunungan swiss. Variasi cuaca dengan empat musim, membuat para peternak dan petani kerja ekstra, saat musim panas menyiapkan makanan ternak untuk persiapan musim dingin. Kenapa mereka mampu bertahan di industri ternak dan pangan, sekali lagi, pemerintah hadir dan memberi subsidi kepada petani dan peternak.

Dari kisah-kisah ini, apa yang bisa kita pelajari. Negera maju itu didesain, bukan dibiarkan tumbuh sendiri dan ambyar pada akhirnya. Siapa yang mendesain, pemerintah negerinya. Hadirnya negara ibarat rumah bagi para penghuninya. Bisa dibayangkan, jika sebuah keluarga tanpa rumah. Cerai berai.

Apakah peran negara dalam industri di negeri ini lahir sebagaimana layaknya ? Apakah negara telah berpihak pada stakeholder utamanya, yaitu rakyat ? Apakah negara hadir menjadi pelindung industri anak bangsa ?

Tak perlu dijawab sekarang, kondisi saat ini secara empiris menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tersebut...

Lantas apa yang bisa dilakukan sebagai anak bangsa, jawabnya simpel, jika negara gagal melindungi, mari menyiapkan penyelamatan dan melindungi diri masing-masing...

Ngaku Unggul Tapi Biasa Saja















Suatu hari, ditepi sungai chao praya, sungai legendaris yang membelah kota bangkok, membeli beberapa sajian buah ditepi jalan yang berderet-deret. Kondisi ini sangat jarang dijumpai di kota-kota di Indonesia.

Buah sudah dikupas, tinggal kunyah. Sebagian ditusuk dengan tusukan bambu, mirip tusuk sate. Jadi bisa dibawa sambil lihat-lihat pagoda dan istana raja yang umurnya ratusan tahun.

Ada nangka, mangga, pepaya, salak, durian dan buah lainnya. Mirip yang dijajakan tukang buah dipasar-pasar.

Didera rasa penasaran, saya coba mengudap, kek apa rasanya buah thailand ini. Nangkanya, terasa manis legit, buahnya lentur dan tak terlalu besar. Mangganya, manis ada sedikit asam, seperti mangga keluaran majalengka dan indramayu. Rasanya unik.

Ndak semua buah bisa saya cicipi dipinggiran chain praya, tapi yang saya rasakan, ada rasa unik dari masing-masing buahnya.

Rasa buah ini tak begitu penting kita diskusikan, tapi bagaimana Thailand memuliakan tanaman untuk menghasilkan bibit unggul ini yang menjadi penting diangkat. Thailand menjadikan, pertanian dan wisata sebagai sektor unggulannya.

Saya tanya pemandu, dimana gerangan thailand melakukan riset pertanian. Dia menjelaskan, thailand bagian barat adalah pusat risetnya. Saya mengamini saja.

Kerajaan thailand benar-benar memusatkan penelitian pemuliaan tanaman, khususnya buah sebagai bagian penting pengembangan holtikultura. Segala daya upaya diuji untuk mendapatkan bibit unggul. Ada tempat, diantara bangkok dan pattaya, terhampar kebun dengan aneka jenis buah-buahan. Pemandu bilang, itu juga salah satu riset buah. Sebegitu pentingnya memilih bibit sebelum ditanam untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Saya jadi terkenang, saat saya kecil di kampung. Orang jualan bibit dipikul keliling. Namanya juga bakul bibit, selalu saja meyakinkan bahwa bibit yang dibawanya bibit unggulan. Ada kelapa genjah, durian legit, nangka super dan lainnya.

Karena terayu bibit unggul, maka lanjut beli dan ditanam di beberapa sudut kebun. Dan ternyata, semua itu omong kosong bakul. Lha terrnyata setelah menunggu 5 tahun, durian tak kunjung buah, sekali buah rasanya anyep. Kelapa genjah pun demikian. Sedangkan nangka juga kurus-kurus saja.

Dan, kegagalan itu baru bisa dideteksi setelah menunggu tahunan untuk melihat hasil buahnya. Thailand membuktikan, akhirnya usaha takkan mengkhianati hasil. Kita akhirnya mengenal jambu bangkok, pepaya tailand, durian montong, kelengkeng bangkok, nangka bangkok dan bangkok-bangkok lainnya. Dan semua itu didesain, bukan dibiarkan tumbuh seperti belukar.

Mungkinkah di negeri ini, bisa meniru sertifikasi buah unggul agar negeri agraris ini tak lagi impor buah. Agar petani tak tertipu dengan jualan bakul bibit, yang semua bilang bibut unggul, bibit unggul dan bibit unggul.

NB :
Dari obrolan tukang bibit, bibit terbaik rambutan dipasok dari lampung. Bibit mangga dari majalengka. Bibit durian dan jambu dari cianjur.

Business Coaching Program

Menjadi business coach untuk para sales dan collection di Telkom Indonesia

7 Kiat Menghadapi Krisis Karena Corona















Sebagai orang yang pernah ditempa sebagai pecinta alam, ada satu materi yang sangat melekat sampai hari ini. Materi tentang Survival, atau bertahan disegala medan dengan segala keterbatasan.

Kalau dalam survival pecinta alam, yang kita urus dirika dan team agar  jiwa tidak melayang saat menghadapi krisis karena tersesat, suhu yang dingin, badai dan segala kondisi alam.

Tapi hari ini, survival dengan adanya covid yang kita lindungi tidak hanya nyawa, tapi juga bagaimana bertahan dalam bahasa covid yang menakutkan. Saat ini saya akan berbagi tentang pengalaman yang saya kumpulkan bagaimana menghadapi krisis, khususnya krisis usaha dan keuangan.

1. Batasi Segala Pengeluaran
Jurus pertama yang sangat penting, setelah krisis tiba, langsung batasi segala pengeluaran. Kebutuhan dan keinginan yang tidak penting langsung tunda. Pos rekreasi, kuliner, touring dan kebutuhan hoby langsung dikendalikan.

Mengapa mengendalikan pengeluaran ini penting, salah satunya karena pengeluaran ini ada dalam kendali kita dan bukan orang lain. Sedangkan pemasukan ada diluar kendali kita. Seperti halnya bisnis kita, saat Corona datang maka pemasukan menjadi terganggu, pendapatan tak menentu dan bahkan tidak ada sama sekali serta PHK bisa saja datang kapan saja.

Jadi fokuslah apa yang menjadi kendali kita semisal mengatur pengeluaran daripada mengharapkan apa yang ada diluar kendali kita.


2. Hentikan Ekspansi Bisnis atau Proyek
Jika anda punya bisnis, hentikan ekspansi. Ekspansi bisnis dalam kondisi darurat seperti ini tidak dianjurkan, karena dikhawatirkan cash yang kita keluarkan dalam proyek tidak balik modal atau malah lenyap. Lebih baik uangnya disimpan dalam bentuk cash sebagai dana cadangan. Ekspansi bisnis sangat beresiko dikondisi yang labil seperti ini.

Demikian juga proyek non produktif yang tidak menghasilkan uang seperti renovasi, peremajaan alat produksi, pembelian perangkat baru atau hal-hal konsumtif lainnya. Aktifitas ini untuk mengurangi potensi kehilangan cash saat kondisi krisis.


3. Menjaga Cash Usaha Tetap Ada
Dalam kondisi krisis, cash is a king. Memegang cash adalah cara teraman dalam kondisi krisis untuk menopang kebutuhan hidup. Saat kita tidak memegang cash, padahal kebutuhan pangan, sandang dan papan harus dibayar makan akan sangat menyulitkan.

Oleh karena itu, jika punya barang, jasa atau apapun yang dapat diuangkan, segera lakukan untuk mendapatkan cash. Jual barang-barang tidak produktif jika perlu. Dalam kondisi krisis dan tidak ada income, menjual aset adalah jalan terakhir untuk mendapatkan cash ditangan.


4. Melego Aset-Aset Tidak Produktif
Tidak enak memang, dalam kondisi krisis, dimana pemasukan menurun atau bahkan tidak ada, maka menjual aset adalah salah satu solusi. Tak perlu malu, toh aset tak produktif untuk apa hanya ditumpuk. Lebih baik hidup minimalis daripada terbebani hutang untuk membeli aset-aset agar dibilang wow.

Demikian juga untuk perusahaan, saat pemasukan cash tidak ada, maka menjual aset adalah salah satu jalan untuk mendapatkan cash. Kadangkala penjualan aset disaat krisis seperti saat ini harganya jatuh, namun apa daya, jika memang itu jalan agar usaha tetap jalan, maka itu hal yang layak dilakukan. Optimis saja, jika nanti suasana membaik, aset bisa kita beli kembali.


5. Likuidasi Bisnis yang Tidak Menguntungkan
Dalam kondisi krisis, harus berani melakukan tindakan tidak populer termasuk melakukan penghentian usaha yang merugi. Jika usaha yang telah melakukan penghematan habis-habisan dan ternyata tetap saja merugi, maka tak ada kata lain selain menutup usaha tersebut. Tindakan ini tidak populer, namun aman, daripada harus melakukan injeksi cash kepada perusahan yang tanpa tahu kapan kondisi membaik.

Bisa juga dilakukan proses merger antara usaha dengan cara melakukan konsolidasi usaha. Usaha yang merugi digabung dengan usaha yang masih profit agar bisa dilakukan subsidi silang jika ingin tetap dipertahankan.

Produk dan jasa yang tidak bisa dikonsumsi oleh pelanggan sebaiknya dihentikan atau dikurangi jumlahnya, agar tidak menjadi barang yang dead stock yang mengganggu cash usaha. Dan jika ada dana, maka benar-benar fokuskan pada produk dan jasa yang fast moving alias cepat berputarnya jadi duit.

6. Hidup Minimalis
Potong semua aktifitas yang tidak memberikan dampak langsung kepada pendapatan, semisal rapat-rapat, rekreasi, perjalanan dinas atau event-event secara maksimal. Alihkan dana non produktif ke arah kegiatan produktif yang dapat menciptakan cash.

Evaluasi gaji, tunjangan dan benefit karyawan agar karyawan juga aware terkait kondisi krisis yang terjadi. Selain itu kurangi fasilitas berupa biaya perjalanan, listrik, air dan semua pos pengeluaran. Hidup minimlais harus benar-benar digalakkan dan secara bertahap didorong menjadi perilaku dan budaya perusahaan.


7. Bersabar Dalam Kondisi Sulit
Harus yakin, bahwa beserta kesulitan ada kemudahan. Keyakinan ini akan menjadi api penerang untuk menghadapi krisis jangka panjang. Kita semua tak tahu, kapan corona akan berhenti, jadi bersiap secara fisik dan mental menjadi bagian penting untuk bertahan dalam kondisi jangka panjang.

Mental yang kuat akan menjadi modal penting untuk bertahan dalam jangka panjang. Kepanikan, kegelisahan, kesedihan dan emosi negatif lainnya akan menyerap energi negatif yang kemudian berdampak buruk bagi mental dan kesehatan.

Penguatan spiritualitas juga menjadi bekal penting menghadapi perang melawan corona ini. Karena ujian pandemi kali ini benar-benar berbeda dengan ujian-ujian sebelumnya. Barangnya tak kasat mata, penularannya juga acak dan susah dideteksi, maka kekuatan doa menjadi bagian penting dalam bertahan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesiapan mental ini pada akhirnya akan berdampak positif bagi kesehatan mental dan spiritual, yang membuat kita tetap teguh dengan badai yang datang. Lebih tenang, lebih terukur dan jernih mensikapi semua tekanan dan himpitan hidup.

Semua tidak semudah kata diucapkan, karena semua orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Tidak semua orang memiliki tingkat kemakmuran dan pendidikan yang layak. Jadi kita semua perlu menebar empati agar semua yang ada dalam lingkungan kita mampu melewati ujian berat ini

Terjebak Hutang




















Dapat sharing pagi ini dari kawan yang telah lama melakukan pembinaan UKM dengan melakukan bantuan CSR korporasi. Ada fenomena penting terkait dengan perilaku UKM yang akhirnya membedakan krisis 2008 dan 2020.

Salah satunya adalah masuknya lembaga pendanaan ke sektor UKM. Lugasnya lembaga pemberi hutang kepada UKM.

Pada tahun 2008 UKM kurang begitu dilirik bankir, karena mereka cenderung memberikan kredit kepada korporasi besar yang telah teruji memberikan profit yang konsisten. Krisis 1998 dan 2008 merubah paradigma tentang kredit perbankan, ternyata dalam kondisi krisis ternyata UKM adalah salah satu entitas bisnis yang mampu bertahan. Sedangkan korporasi besar banyak yang tumbang bahkan lenyap.

Fakta ini dijadikan acuan perbankkan untuk masuk ke UKM dan menyalurkan kredit. Rupanya, gayung bersambut, banyak UKM yang tadinya zero hutang, tertarik masuk memanfaatkan fasilitas kredit untuk membesarkan usahanya.

Kemudahan fasilitas kredit dari perbankkan ternyata seperti candu. Ada banyak UKM akhirnya germar berhutang, bahkan tidak hanya untuk keperluan usaha, tetapi juga untuk kebutuhan konsumtif.

Satu dekade betikutnya, hutang ibarat sesuatu yang lumrah bahkan memaksa membuat ketagihan para UKM. UKM tanpa hutang bisa dipandang sebagai lazy company alias UKM pemalas.

Dan boom...
Corona tanpa disangka-sangka merusak ekosistem bisnis. Banyak usaha stuck bahkan tutup. Masalahnya, walau usaha tutup, bunga bank tetap buka tanpa adanya kompromi. Seperti biasanya, tak mau tahu apapun yang terjadi. UKM yang terjerat bank menjeritlah sejadi-jadinya....

Hikmahnya...
Hindarilah berutang semampu mungkin, jikalaupun terpaksa, hanya untuk kebutuhan produktif. Sungguh bunga bank itu kejam. Awalnya datang manis muka, setelah itu datang bak hantu yang menghantui hidupmu. Bahkan sampai mati pun tak tertebus sebelum diberesin...

Riba, benar-benar ngeri banget...

Nothing Tanpa Eksekusi















Hari-hari ini ada begitu banyak waktu tersita WFH. Selain itu juga kesibukan mengikuti dari webinar ke webinar, dan kebetulan banyak yang gratis. Yang berbayarpun ada, tentu dengan harga yang sangat bersahabat.

Belajar itu penting, walau Anda telah lulus sekolah, dapat sertifikasi maupun anda seorang guru. Tak ada yang salah tentang belajar ini.

Internet telah membuka lebar-lebar ilmun yang selama ini nyumput. Kita bisa mendapatkan materi apapun dengan level terendah sampai tertinggi. Bahkan bisa dikatakan saking melimpahnya bisa jadi overdosis.

Lantas apa masalahnya ?

Ilmu yang banyak dan melimpah ruah yang kita koleksi, tak akan banyak artinya tanpa upaya untuk mengamalkannya. Buku-buku koleksi terbaik yang berderet-deret, tak akan memberikan dampak signifikan tanpa diamalkan.

Era ini, menjadi sedemikian penting merumuskan ilmu yang kita kuasai menjadi aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu mengamalkan ilmu.

Dalam kerja dari rumah ini, ada baiknya memberikan ruang, selain mencari ilmu, juga mengulik bagaimana ilmu itu bisa dieksekusi. Banyaknya ilmu jika tidak dibagi dan dianalkan hanya akan menjadi pepohonan rimbun tanpa buah.

Dan sesungguhnya, dampak ilmu itu saat dieksekusi. Dan eksekusi ini juga membutuhkan ilmu tersendiri.

Asa suatu kisah, seseorang jika ketemu, begitu banyak idenya. Setiap ketemu selalu mempunyai ide bisnis yang cemerlang. Selalu saja ada ide baru setiap ketemu. Namun, karena ide itu tak pernah dieksekusi, yang berkembang idenya, tapi bisnisnya kagak. Karena memang tak pernah dimulai...

Pakar yang Terpinggirkan


















Banyak pakar di Indonesia ini. Tak ada yang menyangsikan itu. Tapi apakah kepakaran itu kemudian berdampak pada kesejahteraannya. Sepertinya tidak selalu.

Kepakaran yang dibangun dari akademis mungkin ya, karena gaji profesor tentu akan lebih tinggi dari gaji dosen atau guru. Tapi kepakaran yang dibangun diluar dunia akademis, sepertinya nasibnya tak seberuntung mereka.

Seorang pakar bengkel motor atau mobil, banyak seumur hidupnya jadi montir. Ada yang pakar sablon, seumur hidupnya jadi operator sablon. Ada yang pakar bikin sepatu, nasibnya sama, hanya dari pabrik sepatu ke pabrik lainnya. Ada pakar bikin tas, tak jauh beda, hanya membesarkan usaha orang lain seumur hidupnya.

Bahkan, dalam banyak kasus, kita temui, dihari tuanya memprihatinkan. Padahal hasil karyanya telah membesarkan banyak perusahaan orang. Mengubah nasib orang bak bumi dan langit.

Mengapa hal itu terjadi. Salah satunya adalah lemahnya ilmu manajemen. Disatu sisi, banyak yang pakar ilmu manajemen, tapi tak mau turun mengelolanya.

Andai, para pakar yang kompeten di ilmu teknis itu bertemu dengan pakar manajemen. Hasilnya bisa luar biasa. Bisa saling mengisi.

Tapi masalahnya, orang teknis sulit bekerja sama dengan orang manajemen. Pun demikian, orang manajemen banyak alergi dengan orang teknis. Akhirnya, ya begitulah.

Boleh jadi, salah satu aktifitas saya adalah menemukan orang-orang hebat yang terpinggirkan dan kemudian memfasilitasi kompetensinya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Dalam perjalanannya, ada yang bisa diajak kerjasama, ada yang tidak. Ada yang bisa kerjasama dalam jangka panjang, ada juga seumur jagung. Seperti kata Steve Jobs, innovation is connecting dot. Inovasi itu seperti menghubungkan sebuah titik.

Andai kolaborasi seperti ini dilakukan secara masive, tentu akan membuat sejahtera bangsa ini lebih cepat. Tapi untuk mewujudkannya perlu mental tak mudah patah arang, karena berkawan dengan kegagalan dan ditipu orang itu menyakitkan. Karena rasa sakit itu, jarang yang menempuh jalan terjal itu.

***

Dari Product Driven, Market Driven Hingga Solution Driven















Tanpa kita sadari, dalam 3 dekade ini, perubahan bisnis begitu mengagumkan. Perubahan-perubahan itu jika tidak direspon dengan baik, maka itu awal petaka dari bisnis yang ada, walau bisnis itu saat ini dalam fase kejayaan.

Dalam era VUCA, Volatile, Uncertanly, Complex & Ambigue ini, kejayaan bisnis masa lalu tak menjamin kejayaan bisnis masa depan. Begitu banyak bisnis raksasa, tumbang bukan karena gagal bersaing dengan industri sejenis, tapi terdisrupt atau terganggu dengan industri baru yang masuk ke pasar.

Ada banyak industri besar tumbang tidak pakai waktu lama, Kodak, Nokia, Blackberry adalah sedikit dari sekian ribu bisnis yang harus meregang nyawa ditengah ganasnya persaingan. Ada hal menarik menjawab semua ini, yaitu perubahan teknologi informasi membuat segala tatanan yang dulunya rapi dan tertata menjadi amburadul.

Membaca trend ini, saya mencoba berbagi pengalaman terkait perubahan besar ini dengan pendekatan supply dan demand.

1. Era Supply lebih kecil dari Demand (Product Driven)
Era ini dimana produsen baik produk maupun jasa menjadi raja. Mengapa demikian, karena pada era ini suplier lebih sedikit daripada konsumen. Apapun yang diproduksi oleh selalu dibabat habis oleh konsumen, baik kualitas produk bagus atau seadanya.

Pada kondisi ini, market sedang lapar. Minimnya pesaing dan tingginya permintaan membuat pabrik dapat mendikte pasar dengan produk-produknya tanpa persaingan berarti. Era ini ditandai dengan riset produk mendapat kursi emas dalam mata rantai perusahaan. Orang-orang R&D begitu menguasai perusahaan.

Kenapa era ini terjadi, salah satunya adalah keterbatasan penyebaran pengetahuan sehingga hanya orang tertentu yang menguasai. Era ini disebut sebagai era product driven dimana produk mendominasi pasar. Siapa menguasai sektor produksi maka akan menguasai kekayaan.

2. Era Supply seimbang dengan Demand (Market Driven)
Bisnis tidak ada yang abadi, perubahan teknologi dan prilaku pelanggan terus bergerak. Dengan berkembangnya teknologi, maka bertahap produsen semakin banyak.

Ilmu pengetahuan terkait dengan produksi yang awalnya dikuasai oleh negara maju berlahan menyebar ke negara berkembang. Ada banyak mahasiswa dari negara berkembang belajar ke negara maju dan pulang membawa ilmu pengetahuan hingga bangsa itu bertahap mulai mandiri. Perkembangan Jepang, Korea, China dan India menunjukkan perwakilan era ini.

Dengan bertambahnya suplier maka membuat keseimbangan baru. Produsen dan konsumen seimbang. Pada kondisi ini kata kunci dari marketing adalah siapapun yang mengetahui customer need dan want dan kemudian mengemas dengan peluncuran produk, maka akan menguasai pasar.

Era ini ditandai dengan fungsi orang marketing begitu dominan dengan jargon Product, Price, Place & Promotion. Market research terkait dengan demografi konsumen sedemikian ramai dibahas. Pada era ini, siapa yang mengetahui perilaku pasar, dia akan mendapat kekayaan besar.

3. Era Supply Lebih Banyak dari Demand (Solution Driven)
Sekali lagi, bisnis tak ada yang abadi. Bertahap era market driven runtuh. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya produsen daripada konsumen, sehingga produk yang dibikin pabrik tidak dengan mudah dapat diserap pasar.

Pasar menjadi jenuh, produk yang dulu fast moving bertahap menjadi slow moving dan masuk dalam kondisi dead stock. Perang harga terjadi dimana-mana untuk menggaet pelanggan.

Kejenuhan ini memunculkan ide baru yang dikembangkan oleh para pelaku start up. Ide itu adalah Solution Driven. Apa itu, yaitu pendekatan produsen yang dilakukan dengan melihat pain dan gain pelanggan.

Pain adalah merupakan problem pelanggan baik dari sisi kerugian, resiko, kegagalan dan hambatan. Produk yang dibikin harus bisa mensolusi masalah-masalah pelanggan, dengan sebuah asumsi jika produk dan jasa bisa mensolusi, maka produk yang dibikin dapat langsung dikonsumsi oleh pasar.

Gain merupakan keinginan pelanggan dan harapan-harapan yang diinginkan bisa berupa profit, loyalitas pelanggan, jumlah sales, profit margin dan sebagainya.

Pada era ini, produk dan jasa harus berfokus pada penyelesaian pain dan gain pelanggan, tanpa itu produk harus ngantri untuk dapat dikonsumsi pelanggan.

Begitulah 3 era yang terus berganti. Kira-kira, era apa lagi yang akan terjadi dimasa mendatang ? yang jelas tidak ada yang abadi dikolong langit ini...

Untuk sementara, salam Solution Driven...
Apa yang bisa kita bantu buat pelanggan kita ???

Ada Apa dengan Palembang ?















Mengunjungi kota tua Pelembang seperti mengunjungi kota metropolis masa lalu.

Kota ini begitu menyejarah dengan sungai Musi sebagai sentra peradabannya.

Konon, 650 masehi, kerajaan Sriwijaya berdiri disekitar tepi sungai Musi ini. Kekuasaannya meliputi malaysia, thailand dan vietnam.

Sekitar 1.200 masehi, Sriwijaya redup, dan kesultanan Islam menggantikan fungsi pemerintahaan.

Kesultanan Palembang namanya. Sultan yang paling dikenal adalah sultan Badaruddin 2 yang melawan Belanda hingga diasingkan ke Ternate.

Sedangkan ulama yang terkenal adalah syaikh Abdussomad al Palimbani. Belia beraktifitas di awal tahun 1.800-an.

Ada leganda sungai musi, pulau kemaro namanya. Dikisahkan puteri raja siti fatimah dipersunting saudagar dari china, bernama Tan Boen An dan kemudian menikah. Saat pulang, diberi beberapa guci yang diisi sawi asin oleh mertuanya di china.

Al kisah, setelah diketahui sawi asin, maka beberapa guci dibuang ke laut, namun guci terakhir yang pecah, dan ternyata berisi emas. Sang pangeran terjun ke sungai mencari guci tersebut, lama tak muncul, istrinya ikut terjun, tak muncul juga pengawalnya ikut terjun. Mereka bertiga meninggal.

Kata juru kunci, kejadian itu terjadi disekitar tahun 1.300. Jadi cocok penjelasan saat Sriwijaya meredup, kesultanan Islam bangkit.

Budaya di Palembang sangat beragam, mungkin karena kota metropolis tempo dulu.

Budaya melayu, china, india dan arab terwakili disini. Hal ini bisa diwakili dari kulinernya. Pempek dan tekwan, jelas dari kuliner china. Pindah musi rawa terasa ini kuliner kas melayu. Martabak india terasa kuliner arab dan indianya.

Bangunan rumah juga begitu, ada yang gaya china berupa rumah petak. Ada rumah panggung dan ada rumah tancap tepi sungai musi.

Jadi kalau ke palembang, ada banyak yang bisa kita kunjungi. Berperahu di seputaran sungai musi, ini rekomended banget, kita bisa lihat rumah tancap dan industri pupuk dan sejenisnya. Dilanjut mampir ke pulau kemaro.

Juga seputaran jembatan ampera yang diresmikan ahmad yani juga ok punya. Sekalian mampir ke pasar 16 ilir. Atau bisa ke pasar cinde cari amplang.

Yang ndak kalah keren, naik monorel yang bisa mengantar kita ke bandara bolak balik.

Jadi, selain pempek, tekwan, pindang musi rawas dan amplang, kita bisa wisata sejarah sambil bayangin seperti apa kota metropolis ini bekerja.

Oiya, kalau mau main lebih jauh, naik perahu ke daerah transmigrasi, infonya sekitar 4 jam dari pelabuhan bawah jembatan sungai musi.

Palembang memang banyak sensasinya, untuk mengenalnya lebih dekat, 3 hari ndak cukup...