Satu hal yang menarik dari perjalanan saya tersebut, banyak saya temui orang-orang yang menurut perkiraan saya usianya diatas 60 tahun, tapi tetap gesit bekerja.
Oiya, hebatnya lagi mereka bekerja bukan di tempat-tempat khusus ber AC, tetapi di outdoor seperti pembersihan jalan, perbaikan dan sejenisnya.
Dalam benak saya, dalam usia sepuh tersebut kok mau mereka bekerja panas-panasan ???
Beda dengan dinegeri saya, Indonesia, orang yang memasuki usis 55 tahun mereka siap pensiun. Dalam usia tersebut, umumnya mulai non aktif alias menjadi tidak produktif lagi. Dan seringkali jadi perbincangan, menyiapkan sunset alias kematian.
Sungguh sangat ironis dengan fakta yang saya temui di Jepang. Dalam usia 60-an mereka tetap gesit dan bekerja, bukan kemudian menikmati masa pensiun alias menjadi tidak produktif duduk dikursi goyang diteras rumah.
Dalam sebuah buku, Nabi Muhammad, di usia 55 tahun malah memimpin perang Badar, sebuah perang hidup mati terhadap masa depan dakwahnya.
Menurut hemat saya, harus dikaji ulang dampak psikologis usia pensiun, jangan sampai kata pensiun berarti kita berhenti berkarya. Masih banyak ladang berkarya sebagai bekal hidup kita kelak. Masih banyak ladang amal yang bisa kita kerjakan daripada asik duduk di kursi goyang menunggu malaikat maut menjemput.
Dengan semakin bertambahnya usia, jangan sampai menjadi belenggu psikologis. Banyak sekali kawan yang saya temui, saat menjelang pensiun malah stress, setelah pensiun kemudian kesehatannya memburuk dan bahkan hidupnya semakin dirasa sulit.
Bisa jadi hal tersebut disebabkan karena belenggu psikologis pemaknaan pensiun yang kemudian berdampak pada pola pikir, pola hidup dan pola kerja sehingga memperburuk kondisi kesehatan dan kejiwaan.
Semoga bertambahnya usia, justru menjadi ladang amal yang semakin banyak buat kita.
Salam Tetap Berkarya.
Jangan sampai kalah dengan orang Jepun
Amir Fauzi
Owner
1 comment:
buat wirausahawan seperti saya insya Allah tidak ada kata pensiun.. Semangat terus..
Post a Comment