Inspirasi ini saya peroleh saat membaca buku Quantum Leap-nya Pak Ci ‘Dr. Ir. Ciputra’, seorang entrepreneur properti kawakan di negeri ini.
Konsepnya sangat sederhana dan seterang matahari disiang bolong. Berikut petikannya, “Seorang entrepreneur adalah seorang yang mampu mengubah keadaan dari kotoran dan rongsokan menjadi Emas”.
Wow !, ini prinsip dari value added. Memberi nilai tambah dari apa yang ada disekeliling kita. Its very simple.
Ini dia contohnya, Jepang (kebetulan beberapa minggu lalu saya mengunjunginya), saya lihat ndak ada sumber alam yang diandalkan. Pegunungannya hanya menghasilkan kayu-kayu perdu dan banyak gunung berapi. Tanahnyapun tidaklah sesubur dari negeri ini apalagi kandungan mineral dan tambangnya, nyaris tidak ada selain dari kawah-kawah belerang. Namun demikian, negeri ini menjadi salah satu negeri termakmur di jagad ini. Modalnya simpel, mereka mengimport bahan baku, termasuk dari Indonesia, kemudian mengolahnya dan memberikan nilai kandungan teknologi dan kemudian menjualnya kembali kenegeri dimana Jepang melakukan import bahan baku. Hasilnya mencengangkan.
Singapura, negeri mungil semungil sebuah kabupaten di negeri ini, namun karena jiwa entrepreneurnya mampu menjadikan pusat dagang, bank dan gerbang ekspor impor di Asia Timur. Hampir semua permintaan dan pasokan barang harus transit dulu di Singapur, dimana negeri ini tak akan mampu kalau hanya mengandalkan hasil buminya. Mereka melakukan value added terhadap potensi yang dimilikinya.
Swiss, negeri dikepung pegunungan bersalju dan tidak memiliki kekayaan alam yang membanggakan. Dia bisa survive dengan industri yang mengandalkan presisi/ketelitian. Tidak ada kata lain jika kita bicara jam kecuali membicarakannya berserta Swiss. Mereka mengubah material baku menjadi jam yang berkualitas terbaik di dunia. Satu lagi, mereka juga memiliki industri makanan yang sangat kuat dan disegani di dunia. Nestle, siapa yang ndak tahu. Bahkan di Indonesia yang banyak sapi perahnya, Nestle menjadi market leader dalam industri susu dimana di Swiss tak banyak sapi perah.
Nah demikian sebaliknya, jika dalam sebuah negeri tak memiliki entrepreneurship, gunungan emas, suburnya tumbuhan dan aneka hayati serta kekayaan laut yang melimpah bisa jadi malapetaka. Negeri dengan sebuah cerita memilukan, kekayaannya tidak bisa membawa keberkahan dan kemakmuran.
Kekayaan hutan yang lebat tidak membawa berkah bagi kemakmuran, malah membawa bencana karena dengan sukaria digunduli dan saat hujan tiba, air tergenang masuk kedalam rumah-rumah. Kekayaan tambang dengan aneka mineral tidak membawanya pada harkat martabat malah diekploitasi asing dan menyisakan penderitaan rakyatnya. Kekayaan ikan dan ragamnya yang membuat kekaguman dunia luluh lantak justru karena bom ikan. Dan karena saking culunnya, perompak asing begitu sukaria mengambil ikan dengan mudahnya. Dan tak kuasa mengejarnya karena kapalnya sudah usang.
Dan masih begitu banyak cerita pilu dalam sebuah negeri dongeng yang dulunya kaya raya ibarat kolamnya kolam susu dan tongkat dilemparpun tumbuh jadi tanaman. Namun berakhir tragis karena tidak memiliki entrepreneursip dalam mengelola. Sebuah negeri dongeng yang salah urus.
Semoga kita tak menjadi sebuah negeri pilu, dimana kekayaanya tidak membawa keberkahan bagi rakyat dan pemimpinnya. Bersyukurlah agar mendapat keberkahan
Wassalam
Amir Fauzi
Bisnis Saya
http://www.bursajilbab.com/ Spesialis Grosir Jilbab Online
http://www.grosirbagus.com/ Spesialis Grosir Busana Muslim Online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment