Sharing ini mungkin konyol bagiku, kenapa, sebagai orang yg terlahir sebagai muslim, belum juga pernah menuntaskan membaca hadist2 nabi yg dikumpulkan.para ulama2 yg sdh teruji dari kitab aslinya walau itu terjemahan.
Suatu hari, beberapa tahun lalu, mulailah bergerilya mencari terjemahan hadist satu persatu. Dalam kodifikasi hadist, ada enam kitab yg sering disebut khutubus shittah : sahih bukhari, shahih muslim, sunan at tirmidzi, sunan abu dawud, sunan an nasai, sunan ibnu majah.
Jika mau menggenapkan lagi sampai 9 kitab, ditambahlah musnad imam ahmad, al muwatta imam malik & ad-dhailami.
Apa bedanya sunan sama musnad. Sunan susunan hadist berdasarkan tema yg diangkat, sedangkan musnad disusun berdasarkan perawi atau yg meriwayatkannya.
Membaca langsung dari kitab2 kodifikasi ulama walau terjemahan terasa maknyus, setidaknya terasa begitu orisinil berdialog dgn nabi. Menurutku, terasa berbeda dgn membaca buku2 tematik. Mungkin, bisa.jadi karena nilai orisinalitas dan bobot ruhiah penulisnya.
Mencicil lembar demi lembar mengiringi bertambahnya umur bisa jadi aktifitas apik untuk memperkaya ilmu, apalagi kini sdh ada terjemahan yg bisa kita download dalam genggaman kita.
Bayangin para muhaddist dahulu, untuk mendapatkan sebuah hadist harus menempuh perjalan ratusan kilo menembus padang pasir berteman terik mentari dan dinginnya gurun malam hari. Kini, bisa dinikmati kapan dan dimana saja. Mungkin, hanya rasa malas dan abai lah musuh kita yg seringkali mengajak kita tetap setia menjadi orang biasa2 saja.
Semoga sharing ini bermanfaat, setidaknya utk diri sendiri ditengah tarikan duniawi yg memburu tiada henti. Disaat argo hidup kita didunia terus tergerus tanpa kita sadari, bahkan malah kita rayakan. Setidaknya suatu hari bisa jadi pembela dan bukti, bahwa kita mencintai nabi.
Tugu, jogjakarta
No comments:
Post a Comment