Bukan Kaleng-Kaleng
Ada beberapa kesempatan bertemu dengan orang yang sangat kompenten dibidangnya. Kadang dibuat takjub dan terheran-heran karena skillsnya level dewanya.
Suatu hari bertemu dengan bapak yang sudah lanjut usianya. Ahli membuat per. Nyaris per apapun dia bisa bikin. Karena keahliannya yang puluhan tahun itu, banyak pelanggannya pesan per-per dengan ukuran khusus yang sulit ditemui dipasaran. Dan yang luar biasa lagi, pemotongan dan pelingkarannya dibuat dengan cara manual. Saya tanya, belajar dimana, jawabnya otodidak.
Suatu hari ketemu ahli reparasi mesin jahit. Lebih dari 30 tahun menekuni kerusakan aneka mesin jahit. Otodidak. Nyaris semua merek bisa ditangani sekaligus disolusi masalahnya. Saya tanya, sekolah dimana, jawabnya dulu pernah kerja di garmen dan selebihnya otodidak.
Hari ini, orang sibuk mencari corong untuk bikin masker. Semua toko kehabisan stock corong untuk bikin tali masker. Dari jaringan, dikenalkan dengan seorang bapak tua. Sudah sejak 1985 membuat corong celana jeans. Sampai-sampai anaknya sukses. Ndak habis pikir, bagaimana bisa membuat barang kecil dengan bahan stainless steel dengan cara manual. Saya terbengong-bengong melihat hasil karyanya. Karena penasaran, saya tanya, belajar darimana bisa membuat barang sulit itu, jawabnya otodidak.
Berikutnya lagi, ada seorang ahli tinta. Yang karyanya dijadikan rujukan para sabloner. Dari hasil risetnya telah membesarkan beberapa toko alat sablon. Saat ditanya, jawabnya otodidak.
Berikutnya, ahli sepatu. Dari keterampilannya membuat upper dan sol sepatu, telah melahirkan banyak juragan sepatu di bandung dan jakarta. Tangan dinginnya melahirkan industri lokal bisa bersaing dengan produk global. Saat tanya, bagaimana dapat ilmu itu, jawabnya belajar dari seseorang, selebihnya otodidak.
Masih banyak lagi fulan-fulan yang lain, yang memiliki expertis level dewa, yang karena keterbatasan belajar ngulik secara otodidak.
Dan semakin yakinlah, pendidikan formal itu penting, tapi jauh lebih penting membangun semangat untuk belajar tiada akhir. Jangan sampai setelah ijazah didapatkan, setelah lulus ujian sertifikasi dan setelah gelar didapat berhenti untuk belajar.
Sungguh, sejatinya bangsa ini, manusianya bukan manusia kaleng-kaleng...
Sambil kita renungkan, apa keahlian terhebat yang kita punya dan selalu kita asah, hingga makin hari makin setajam silet...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment