Hidup Sederhana Apa Susahnya

Hidup sederhana alias minimalis. Gaya hidup yang saya suka. Pakaian secukupnya, ndak perlu memenuhi lemari dan bingung milih. Baju yang simple ndak usah kayak artis, biar ndak pusing merawatnya. Apalagi kalau dipakai bisa menyedot perhatian banyak orang.

Dalam hal gadgets, saya termasuk orang yang ketinggalan, bagi saya ndak perlu smartphone terbaru selagi yang lama masih ok dan pantas. Bahkan beberapa gadgets saya baru ganti ketika raib dicuri orang. Selagi fungsinya masih berjalan baik biasanya saya pertahankan, saya jarang tergoda dengan gadget baru yang bikin orang berdecak kagum.

Dalam hal makan dan minum, saya biasakan masakan sehat. Saat ini saya semakin jarang makan junk food, lebih suka pecel atau gado-gado disaat banyak orang memenuhi cafe-cafe mewah. Selain itu juga saya mengurangi konsumsi gorengan, padahal dulu paling suka bala-bala he he he. Oiya, masalah soft drink juga saya tekan, saya sekarang banyak minum air putih, begitu kata terapis herbal saya.

Dalam hal obat-obatan, saya banyak mengurangi obat-obat kimia. Biasanya saya gunakan jika dalam kondisi terpaksa. Selama ini saya lebih damai minum obat herbal semacam madu, jintan hitam atau minyak zaitun dan sejenisnya. Dan alhumdillah, frekuensi sakit saya menurun drastis.

Untuk menghindari kerja saya yang banyak duduk, saya mulai membudayakan lari dan gowes. Olahraga murah meriah dan dapat saya jalankan kapan saja. Kadang jika ingin, setelah subuh saya bawa speda keliaran masuk keluar kampung. Banyak inspirasi yang saya dapatkan, dan kadang saya dapat jaringan bisnis saat gowes dan ketemu orang.

Kalau untuk yang satu ini, saya belum bisa minimalis. Beli buku. Ya, beli buku. Sampai sekarang saya taksir mungkin ada 2.000 buku di rak lemari saya, dan terus bertambah dan bertambah. Entah kenapa, kalau ada buku bagus nafsu saya langsung melonjak untuk memilikinya, padahal ada beberapa buku yang belum habis saya baca.

Selain itu, untuk barang-barang yang memang saya gunakan untuk kerja, saya berusaha mendapatkan yang terbaik. Kadang istri saya nyentil saya tentang beli-beli barang pendukung usaha ini. Untuk hal ini, prinsip saya, ndak apa mahal asal pelanggan puas daripada kita memberikan layanan abal-abal.

Tentang agenda kerja, saya rutin menulis dalam buku merah saya, dan kadang saya dibantu aplikasi job task dari internet. Agenda-agenda yang tidak ada hubungannya dengan kerja saya banyak yang saya drop, kecuali agenda yang berhubungan dengan kegiatan keluarga dan sosial.

Saya melihat, makin hari makin banyak aktifitas, sehingga perlu memilah mana yang penting dan tidak, mana yang urgen dan tidak.

Melihat kondisi tersebut, saya berusaha mendelegasikan tugas-tugas yang memang bisa saya delegasikan, dan berusaha maksimal dimana saya punya kompetensi dan memang membutuhkan saya langsung. Contoh, menentukan strategi bisnis adalah tugas inti saya. Maka setiap hari kerja dan pikiran saya berfokus bagaimana mengembangkan bisnis. Untuk eksekusi, saya banyak terlibat di awal dan kemudian saat sudah running saya serahkan pada ahlinya.

Walau perusahaan saya secara omset masih relatif kecil dibanding perusahaan yang sudah eksis, namun portofolio produknya beragam dan lintas fungsi, mulai dari produksi, perdagangan dan jasa. Ini seakan memposisikan saya sebagai CEO kecil dalam perusahan yang masih start up. Banyak unsur dan skills yang harus dimiliki. Inilah sebenarnya memaksa saya melahap banyak buku bisnis dan manajemen, karena memang saya ndak lahir dari keluarga bisnisman.

Dengan kondisi tersebut, saya tetap konsisten untuk hidup sederhana, hidup minimalis.
Create More, Contribute More & Consume Less
Nyaman hidup dibawah standar garis pendapatan saya.
Bagi saya ndak masalah dipandang sebagai orang biasa, yang memang sejatinya saya orang biasa, daripada dipandang banyak uang tapi sejatinya bokek.
Dan yang jelas hidup sederhana adalah prinsip hidup para Nabi.


Amir Fauzi
Founder
www.distroacademy.com | Sekolahnya Pengusaha Kaos Distro
www.gesut.com | Tempatnya Bikin Kaos Keren

No comments: