Mengatasi Rendahnya Produktifitas




















Sebaik-baik usia, yang panjang umurnya, banyak amalnya. Serugi-rugi usia, panjang umurnya, sedikit amalnya. Kalau niatnya sudah benar, bicara amal maka bicara produktifitas. Sebaik-baik orang adalah sebaik-baik produktifitasnya.

Isue produktifitas ini menjadi sedemikian penting tatkala umur manusia, makin hari makin pendek saja. Lantas bagaimana memanfaatkan hari-hari yang kita jalani menjadi hari-hari yang produktif.
Bicara kerja keras, maka orang asia bisa dibilang kerjanya bak kerja rodi. Beda dengan cara kerja bule, relatif enjoy. Namun, ketika bicara hasil, rasanya hasil kerja bule tak kalah keren dengan hasil kerja orang asia.

Dimana kira-kira bedanya. Rasanya, orang asia lebih mengandalkan kerja keras daripada kerja cerdas. Kita bangga dengan durasi jam kerja yang panjang. Kesibukan yang menyerap seluruh energi.
Bule, lebih banyak mencurahkan olah pikir. Bekerja secara tersistem. Pandai mencari nilai yang paling besar dampaknya, dan melepaskan aktifitas yang dipandang tidak bernilai. Inilah kenapa, marak sistem kerja outsourching.

Wilfredo Pareto, dalam risetnya menyatakan tentang formula pareto, 20:80. 20 persen usaha kita, menghasilkan 80 persen output. Sisanya 80 persen usaha kita menghasilkan 20 persen output.
Saran pareto, berfokuslah pada yang 20 persen itu, lakukan delegasi, outsource atau tinggalkan sisanya. Prinsip prioritas.

Rumus lanjutannya adalah, berfokuslah pada yang 20 persen itu secara radikal. Karena tanpa fokus, tak ada master piece yang bisa dihasilkan. Mediocare lebih banyak mengerjakan semuanya, dengan berkata ya untuk apapun, orang spesial memilih fokus dan berkata tidak untuk hal-hal yang bukan menjadi fokusnya.

4/09/17
Bandara Schipol Nederland