Eksplorasi Alam Bawah Sadar















Revolusi digital tidak hanya mengubah bisnis yang dulunya bisnis konvensional yang iklimnya adem ayem, tertata dan prediktif, menjadi bisnis yang ugal-ugalan. Tak tertata, tak bisa terprediksi dan kadang easy come easy go. Sampai-sampai, kejayaan masa lalu tak bisa jadi jaminan kejayaan dimasa mendatang.

Kali ini, saya tak membahas tentang bisnis yang sedemikian dinamik tadi karena efek disruption, tapi akan mengulik dampaknya bagi sistem pembelajaran, yang sadar atau tidak, terus bergerak diluar kelaziman sebagaimana pendidikan konvensional yang berjalan puluhan tahun.

Kita mulai dari perjalanan internet, yang semula dengan radio pakat yang sering tulalit dgn speed mulai 4 kbs, 8 kbps, 16 kbps, 32 kbps terus sampai era 10Mega kbps bahkan lebih. Belum lagi kalau dulu akses mesti via komputer, kini akses apapun dalam genggaman.

Revolusi bandwith telah mengubah peta pembelajaran begitu hebatnya. Dulu belajar hanya pada tempat tertentu dan dengan guru tertentu. Dulu belajar dengan modul fisik dan alat tulis. Kini semua telah berubah.

Semua orang bisa akses apa saja, dimana saja dan kapan saja serta dalam bentuk apasaja. Mau teks ala ebook, voice ala podcast maupun video ala youtube. Konsep belajarnya pun bisa didesain sedemikian rupa ala e-learning.

Kelimpahan itu membuat siapapun bisa belajar apapun. Kepakaran tidak lagi dimonopoli seorang berlabel guru, trainer, mentor atau konsultan. Bahkan, sering ditemui seorang pembelajar, jauh lebih mumpuni dari gurunya.

Lantas apa akan hilang fungsi seorang guru. Dan lantas apapula yang harus dilakukan agar bertahan di era digital ini.

Well...
Anda ingat tentang bongkahan es dalam air. Kalau kita coba masukkan es dalam air, kira-kira 10 persen bagiannya akan muncul dipermukaan, dan sisanya 90% akan tenggelam. Para pakar psikologi menggambarkan, sisten manusia bekerja dengan 10 persen dalam alam kesadaran (consius) dan 90 persen bekerja dalam alam bawah sadar (subconsius).

Alam sadar dimaknai alam dimana manusia mengandalkan logika, skills dan rasio. Sedang alam bawah sadar bekerja dalam visi, mission, value, purpose, identity.

Apa yang terjadi pada revolusi pembelajaran hari ini adalah perubahan proses belajar pada aspek alam sadar. Orang begitu mudah mendapatkan ilmu pengetahuan dan skills dari segala arah, namun demikian, keberlimpahan informasi itu tak serta merta berdampak besar pada perubahan alam bawah sadarnya.

Teknik utama meningkatkan kompetensi alam sadar bisa melalui training, mentoring dan pemagangan. Namun pendekatan itu tak cukup untuk membangkitkan potensi 90 persen alam bawah sadarnya.

Lantas apa yang bisa dilakukan seorang guru masa depan. Boleh jadi aspek pengetahuan dan keterampilan digantikan oleh pembelajaran digital, sehingga fungsi guru sebagai pengajar akan bertahap berubah jadi fasilitator. Namun, fungsi menggarap alam bawah sadar, tak bisa serta merta digantikan oleh mesin pembelajaran.

Maka pendekatan coaching sebagai alat menggali potensi alam bawah sadar peserta/coachee akan menjadi trend baru. Dan bisa jadi hypnosis juga akan menjadi alat baru untuk membenamkan nilai-nilai. Dan juga theraphis. Kenapa teraphys penting. Karena manusia digital kedepan, waktunya dihabiskan dalam dunia maya, dan saat melihat realita, akan mengalami banyak stress, melihat jauhnya perbedaan antara idealisasi dunia maya dan nyata.

Maka, ilmu-ilmu terkait alam bawah sadar ini akan menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran masa depan. Maka ilmu-ilmu yang mendukungnya semacam Neuro Language Program/NLP, Hypnosis, mindfullness & neuro sains serta psikologi praktis lainnya.

Ini semua menjawab tentang paradoks keberlimpahan informasi, semakin banyak tahu semakin bingung apa yang mau dilakukan. Tugas itulah yang nantinya menjadi PR berikutnya.

No comments: