7 Kiat Menghadapi Krisis Karena Corona















Sebagai orang yang pernah ditempa sebagai pecinta alam, ada satu materi yang sangat melekat sampai hari ini. Materi tentang Survival, atau bertahan disegala medan dengan segala keterbatasan.

Kalau dalam survival pecinta alam, yang kita urus dirika dan team agar  jiwa tidak melayang saat menghadapi krisis karena tersesat, suhu yang dingin, badai dan segala kondisi alam.

Tapi hari ini, survival dengan adanya covid yang kita lindungi tidak hanya nyawa, tapi juga bagaimana bertahan dalam bahasa covid yang menakutkan. Saat ini saya akan berbagi tentang pengalaman yang saya kumpulkan bagaimana menghadapi krisis, khususnya krisis usaha dan keuangan.

1. Batasi Segala Pengeluaran
Jurus pertama yang sangat penting, setelah krisis tiba, langsung batasi segala pengeluaran. Kebutuhan dan keinginan yang tidak penting langsung tunda. Pos rekreasi, kuliner, touring dan kebutuhan hoby langsung dikendalikan.

Mengapa mengendalikan pengeluaran ini penting, salah satunya karena pengeluaran ini ada dalam kendali kita dan bukan orang lain. Sedangkan pemasukan ada diluar kendali kita. Seperti halnya bisnis kita, saat Corona datang maka pemasukan menjadi terganggu, pendapatan tak menentu dan bahkan tidak ada sama sekali serta PHK bisa saja datang kapan saja.

Jadi fokuslah apa yang menjadi kendali kita semisal mengatur pengeluaran daripada mengharapkan apa yang ada diluar kendali kita.


2. Hentikan Ekspansi Bisnis atau Proyek
Jika anda punya bisnis, hentikan ekspansi. Ekspansi bisnis dalam kondisi darurat seperti ini tidak dianjurkan, karena dikhawatirkan cash yang kita keluarkan dalam proyek tidak balik modal atau malah lenyap. Lebih baik uangnya disimpan dalam bentuk cash sebagai dana cadangan. Ekspansi bisnis sangat beresiko dikondisi yang labil seperti ini.

Demikian juga proyek non produktif yang tidak menghasilkan uang seperti renovasi, peremajaan alat produksi, pembelian perangkat baru atau hal-hal konsumtif lainnya. Aktifitas ini untuk mengurangi potensi kehilangan cash saat kondisi krisis.


3. Menjaga Cash Usaha Tetap Ada
Dalam kondisi krisis, cash is a king. Memegang cash adalah cara teraman dalam kondisi krisis untuk menopang kebutuhan hidup. Saat kita tidak memegang cash, padahal kebutuhan pangan, sandang dan papan harus dibayar makan akan sangat menyulitkan.

Oleh karena itu, jika punya barang, jasa atau apapun yang dapat diuangkan, segera lakukan untuk mendapatkan cash. Jual barang-barang tidak produktif jika perlu. Dalam kondisi krisis dan tidak ada income, menjual aset adalah jalan terakhir untuk mendapatkan cash ditangan.


4. Melego Aset-Aset Tidak Produktif
Tidak enak memang, dalam kondisi krisis, dimana pemasukan menurun atau bahkan tidak ada, maka menjual aset adalah salah satu solusi. Tak perlu malu, toh aset tak produktif untuk apa hanya ditumpuk. Lebih baik hidup minimalis daripada terbebani hutang untuk membeli aset-aset agar dibilang wow.

Demikian juga untuk perusahaan, saat pemasukan cash tidak ada, maka menjual aset adalah salah satu jalan untuk mendapatkan cash. Kadangkala penjualan aset disaat krisis seperti saat ini harganya jatuh, namun apa daya, jika memang itu jalan agar usaha tetap jalan, maka itu hal yang layak dilakukan. Optimis saja, jika nanti suasana membaik, aset bisa kita beli kembali.


5. Likuidasi Bisnis yang Tidak Menguntungkan
Dalam kondisi krisis, harus berani melakukan tindakan tidak populer termasuk melakukan penghentian usaha yang merugi. Jika usaha yang telah melakukan penghematan habis-habisan dan ternyata tetap saja merugi, maka tak ada kata lain selain menutup usaha tersebut. Tindakan ini tidak populer, namun aman, daripada harus melakukan injeksi cash kepada perusahan yang tanpa tahu kapan kondisi membaik.

Bisa juga dilakukan proses merger antara usaha dengan cara melakukan konsolidasi usaha. Usaha yang merugi digabung dengan usaha yang masih profit agar bisa dilakukan subsidi silang jika ingin tetap dipertahankan.

Produk dan jasa yang tidak bisa dikonsumsi oleh pelanggan sebaiknya dihentikan atau dikurangi jumlahnya, agar tidak menjadi barang yang dead stock yang mengganggu cash usaha. Dan jika ada dana, maka benar-benar fokuskan pada produk dan jasa yang fast moving alias cepat berputarnya jadi duit.

6. Hidup Minimalis
Potong semua aktifitas yang tidak memberikan dampak langsung kepada pendapatan, semisal rapat-rapat, rekreasi, perjalanan dinas atau event-event secara maksimal. Alihkan dana non produktif ke arah kegiatan produktif yang dapat menciptakan cash.

Evaluasi gaji, tunjangan dan benefit karyawan agar karyawan juga aware terkait kondisi krisis yang terjadi. Selain itu kurangi fasilitas berupa biaya perjalanan, listrik, air dan semua pos pengeluaran. Hidup minimlais harus benar-benar digalakkan dan secara bertahap didorong menjadi perilaku dan budaya perusahaan.


7. Bersabar Dalam Kondisi Sulit
Harus yakin, bahwa beserta kesulitan ada kemudahan. Keyakinan ini akan menjadi api penerang untuk menghadapi krisis jangka panjang. Kita semua tak tahu, kapan corona akan berhenti, jadi bersiap secara fisik dan mental menjadi bagian penting untuk bertahan dalam kondisi jangka panjang.

Mental yang kuat akan menjadi modal penting untuk bertahan dalam jangka panjang. Kepanikan, kegelisahan, kesedihan dan emosi negatif lainnya akan menyerap energi negatif yang kemudian berdampak buruk bagi mental dan kesehatan.

Penguatan spiritualitas juga menjadi bekal penting menghadapi perang melawan corona ini. Karena ujian pandemi kali ini benar-benar berbeda dengan ujian-ujian sebelumnya. Barangnya tak kasat mata, penularannya juga acak dan susah dideteksi, maka kekuatan doa menjadi bagian penting dalam bertahan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesiapan mental ini pada akhirnya akan berdampak positif bagi kesehatan mental dan spiritual, yang membuat kita tetap teguh dengan badai yang datang. Lebih tenang, lebih terukur dan jernih mensikapi semua tekanan dan himpitan hidup.

Semua tidak semudah kata diucapkan, karena semua orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Tidak semua orang memiliki tingkat kemakmuran dan pendidikan yang layak. Jadi kita semua perlu menebar empati agar semua yang ada dalam lingkungan kita mampu melewati ujian berat ini

No comments: