Ngaku Unggul Tapi Biasa Saja















Suatu hari, ditepi sungai chao praya, sungai legendaris yang membelah kota bangkok, membeli beberapa sajian buah ditepi jalan yang berderet-deret. Kondisi ini sangat jarang dijumpai di kota-kota di Indonesia.

Buah sudah dikupas, tinggal kunyah. Sebagian ditusuk dengan tusukan bambu, mirip tusuk sate. Jadi bisa dibawa sambil lihat-lihat pagoda dan istana raja yang umurnya ratusan tahun.

Ada nangka, mangga, pepaya, salak, durian dan buah lainnya. Mirip yang dijajakan tukang buah dipasar-pasar.

Didera rasa penasaran, saya coba mengudap, kek apa rasanya buah thailand ini. Nangkanya, terasa manis legit, buahnya lentur dan tak terlalu besar. Mangganya, manis ada sedikit asam, seperti mangga keluaran majalengka dan indramayu. Rasanya unik.

Ndak semua buah bisa saya cicipi dipinggiran chain praya, tapi yang saya rasakan, ada rasa unik dari masing-masing buahnya.

Rasa buah ini tak begitu penting kita diskusikan, tapi bagaimana Thailand memuliakan tanaman untuk menghasilkan bibit unggul ini yang menjadi penting diangkat. Thailand menjadikan, pertanian dan wisata sebagai sektor unggulannya.

Saya tanya pemandu, dimana gerangan thailand melakukan riset pertanian. Dia menjelaskan, thailand bagian barat adalah pusat risetnya. Saya mengamini saja.

Kerajaan thailand benar-benar memusatkan penelitian pemuliaan tanaman, khususnya buah sebagai bagian penting pengembangan holtikultura. Segala daya upaya diuji untuk mendapatkan bibit unggul. Ada tempat, diantara bangkok dan pattaya, terhampar kebun dengan aneka jenis buah-buahan. Pemandu bilang, itu juga salah satu riset buah. Sebegitu pentingnya memilih bibit sebelum ditanam untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Saya jadi terkenang, saat saya kecil di kampung. Orang jualan bibit dipikul keliling. Namanya juga bakul bibit, selalu saja meyakinkan bahwa bibit yang dibawanya bibit unggulan. Ada kelapa genjah, durian legit, nangka super dan lainnya.

Karena terayu bibit unggul, maka lanjut beli dan ditanam di beberapa sudut kebun. Dan ternyata, semua itu omong kosong bakul. Lha terrnyata setelah menunggu 5 tahun, durian tak kunjung buah, sekali buah rasanya anyep. Kelapa genjah pun demikian. Sedangkan nangka juga kurus-kurus saja.

Dan, kegagalan itu baru bisa dideteksi setelah menunggu tahunan untuk melihat hasil buahnya. Thailand membuktikan, akhirnya usaha takkan mengkhianati hasil. Kita akhirnya mengenal jambu bangkok, pepaya tailand, durian montong, kelengkeng bangkok, nangka bangkok dan bangkok-bangkok lainnya. Dan semua itu didesain, bukan dibiarkan tumbuh seperti belukar.

Mungkinkah di negeri ini, bisa meniru sertifikasi buah unggul agar negeri agraris ini tak lagi impor buah. Agar petani tak tertipu dengan jualan bakul bibit, yang semua bilang bibut unggul, bibit unggul dan bibit unggul.

NB :
Dari obrolan tukang bibit, bibit terbaik rambutan dipasok dari lampung. Bibit mangga dari majalengka. Bibit durian dan jambu dari cianjur.

No comments: